Minggu, 30 Agustus 2015

Love Is An Art

Satu kelas bersama anak-anak nakal di SMA Unggala Sidoarjo, tiga sahabat ini sering kali tidak bisa konsentrasi ketika guru menerangkan pelajaran. Fazrin, novita, dan zia, satu anak laki-laki dan dua anak perempuan. Mereka sudah akrab sejak masih duduk di bangku SMP.

Seperti hari-hari senin sebelumnya, seusai upacara bendera, kelas mereka langsung masuk pada pelajaran matematika.

"Selamat pagi anak-anak". Ucap bu yeni.

"Selamat pagi bu". Jawab serentak murid sekelas.

"Anak-anak, buka buku matematika halaman 67, kerjakan semua soal dengan benar. Sementara kalian mengerjakan soal, ibu tinggal sebentar. Dan ingat, jangan membuat kelas menjadi gaduh!!!"

"Baik bu".

Fazrin duduk di bangku paling depan, sedangkan kedua sahabat perempuannya duduk tepat di belakangnya.

"Fazrin, kerjakan punya gue!". Kata boby membentak dan melempar buku tulisnya ke meja fazrin.

"Punya gue juga ya, awas kalo gak selesai!". Disusul oleh kedua teman boby.

"Ayo kita keluar". Kata boby pada kedua temannya.

Baru akan keluar kelas, ibu yeni kembali dengan seorang anak perempuan yang cantik, polos, manis, berkacamata, rambutnya panjang, dan anggun jika ia berjalan, ditambah lagi pipi yang merah karena sedikit malu dengan teman-teman barunya.

"Baik nadia, perkenalan diri kamu". Ucap bu yeni.

"Pagi teman-teman, nama ku nadia, aku murid baru disini, aku pindah dari Bandung ke Sidoarjo karena ayah ku bekerja disini. Aku tinggal di kompleks perumahan Grand Riscon. Aku harap kalian mau berteman dengan aku". Ucap bibir manisnya dan suara yang lembut membuat fazrin tidak sadar diri bahwa daritadi dia memperhatikan wajah eloknya.

Setelah memperkenalkan dirinya, nadia disuruh duduk oleh guru pengajar.

"Baik nadia, sekarang kamu boleh duduk di kursi tengah yang kosong itu".

"Baik bu".

Nadia namanya, nama yang pas untuk anak seanggun dia.

Ketika nadia berjalan menuju tempat duduknya, kakinya tersandung meja tempat duduk fazrin.

"Aduh". Jerit halus nadia tersungkur ke lantai.

Fazrin mencoba menolong.

"Kamu nggak apa-apa?. Ini kacamata kamu". Fazrin memberikan kacamatanya yang jatuh.

"Nggak apa-apa, makasih ya". Ucap nadia.

"Iya, sama-sama". Balas fazrin.

"Hhhuuuu... Modus lu faz, modus, belagak jadi pahlawan lagi. Gua tabok baru tau rasa lu!". Ocehan boby dan kedua temannya.

Nadia kembali berjalan kearah tempat duduknya. Apalagi yang dilakukan boby cs ketika melihat perempuan cantik, kalau tidak menggodainya.

"Cewek..., minta pin bb nya dong". Kata usil boby cs.

Tetapi nadia tidak mendengarkannya, ia memilih fokus untuk mengerjakan soal matematika.

"Cuek amat, tengok belakang dong. Hihi". Boby cs tidak berhenti menggodainya.

Fazrin berpikir dua kali didalam hatinya.

"Aku paham betul kenapa nadia lebih memilih untuk tetap diam/tidak bertindak apapun terhadap ocehan boby cs, mungkin nadia tidak bisa marah, karena dia adalah gadis polos dan pendiam, sayang jika kepolosan dan diamnya dicampuri dengan sifat pemarah. Tapi, kenapa nadia anak yang begitu polos dan pendiam memilih untuk belajar disekolah ini?, sedangkan disini murid-muridnya banyak yang nakal dan tidak mematuhi tata tertib sekolah. Aku sendiri memilih belajar disini karena dua hal, yang pertama karena ada dua sahabat perempuan ku, zia, dan novita, anak yang paling baik diantara anak-anak yang pernah ku kenal. Kedua, aku selalu dibuat tersenyum sendiri oleh tingkah konyol mereka".

"Kring..." Bel istirahat sekolah berbunyi, seperti biasa, fazrin, zia dan novita selalu melakukan hal konyol di depan kelas.

"Zi, hal konyol apalagi yang akan kamu lakukan dengan novita? Haha.." Ucap fazrin.

"Eh, tiap hari kita melakukan hal konyol, tapi elu cuma liat sambil ketawa jahat doang. Sini lu, ngelawak di depan gue!, kalo gue gak ketawa, jangan harap kita mau ngelawak di depan lu lagi!". Bentak novita, namun hanya bercanda.

"Mampus gue, gue kan gak lucu. Mending gue ke toilet dulu aja kali ya". Kata fazrin dalam hati dengan muka jahatnya.

"Eh, zi, nov, gue ke toilet dulu ya, perut gue sakit banget nih. Aduh..". Kata fazrin sambil pura-pura nahan sakit.

"Eh.., gue jadi punya ide nih. Gimana kalo elu mau ke toilet, elu harus ngelawak dulu, sampai kita sakit perut juga gara-gara tertawa. Elu gak boleh ke toilet, sebelum kita ketawa ngakak!". Kata zia dengan muka jahat.

Fazrin mencari ide lain untuk tidak jadi melawak di depan kedua sahabatnya. Sambil mencari ide, fazrin melihat nadia dari kaca bening kelasnya.

"Eh, zi, nov, kasian tuh nadia, ajakin main kesini. Dia kan murid baru, kasian kalo nggak ada teman mainnya". Kata fazrin dengan ide uniknya.

"Kenapa kita? Elu aja sana, samperin". Kata novita.

"Elah..., gue malu nov, gara-gara kejadian tadi pagi. Apalagi boby cs nyorakin gue, pede gue ilang begitu saja rasanya". Ucap fazrin dengan muka datar.

"Yaudah lah, yuk zi, kita samperin. Elu juga harus ikut faz!". Kata novita sambil menarik tangan zia untuk ikut bersamanya.

Ketika zia dan novita masuk kedalam kelas, fazrin pergi ke kantin tanpa mereka ketahui.

"Hai nadia, main bareng yuk, biar kamu ada temennya". Novita mengajak nadia untuk bergabung bersamanya.

"Emm, tapi aku masih malu sama kalian, soalnya aku anak baru disini. Selain itu, aku juga harus pintar-pintar mencari teman. Disini beda, banyak anak nakal yang suka godain aku". Ucap nadia dengan sedikit malu.

"Ohh, gitu". Novita menoleh ke belakang. "Fazrin kemana zi? Kok gak nyusul?".

"Ke toilet kali nov". Jawab zia.

"Eh iya, ngomong-ngomong kita belum kenalan kan. Kenalin, aku nadia". Kata nadia sambil mengangkat tangan untuk bersalaman.

"Oh iya, aku lupa kalo kita belum kenalan. Aku novita". Kata novita bersalaman dengan nadia.

"Aku zia". Kata zia bersalaman dengan nadia.

"Nadia, kalau boleh tau, sebenarnya kenapa kamu ingin sekolah disini? Sedangkan, disini anaknya nakal-nakal". Tanya zia pada nadia.

"Aku sekolah disini karena kantor ayah ku dekat dengan sekolah ini, agar aku bisa berangkat sekolah bersama ayah. Jika aku boleh memilih sekolah, aku sebenarnya tidak ingin sekolah disini". Ucap nadia. "Oh iya, teman kalian tadi namanya siapa? Dia sepertinya anak yang baik".

"Oh, dia namanya fazrin, dia memang baik, bisa dibilang dia anak paling baik disini. Tapi dia sering di bully sama boby cs, sering disuruh nulis pr nya". Ucap novita.

"Kasihan ya fazrin, pasti dia nggak nyaman sekolah disini". Kata polos nadia.

"Iya, semua gara-gara ulah boby cs". Ucap zia.

"Eh nadia, kita ke kantin yuk, sekalian biar kamu cepat beradaptasi disekolah ini". Ucap novita.

"Bukannya aku nggak mau, aku kan tadi sudah bilang, kalo aku masih malu sekolah disini, lagi pula aku juga belum akrab betul sama kalian. Kalian kalau pengen ke kantin, kalian pergi saja, aku mau baca buku dikelas". Ucap nadia.

"Ya udah kalo gitu, kita pergi ke kantin dulu ya nad". Ucap novita.

"Iya". Balasnya dengan sedikit malu.

Sewaktu zia dan novita berada di kantin, fazrin melihat mereka hanya berdua saja. Fazrin menghampiri mereka dan bertanya kenapa nadia tidak ikut ke kantin.

"Zi, nov, kok nadia nggak bersama kalian? Kemana dia?". Tanya fazrin.

"Alah, elu lagi elu lagi faz. Nadia masih malu untuk keluar kelas, karena dia anak baru disini. Dia memilih untuk membaca buku dikelas. Dia juga harus pintar-pintar mencari teman, karena disini anaknya banyak yang nakal". Jawab novita.

"Ohh, nadia anak yang baik ya". Kata fazrin sedikit tidak sadar diri.

"Hah? Maksudnya?". Tanya zia kebingungan.

"Emm, eh enggak, nggak papa kok. Ya dia baik aja, biasanya anak yang baik kan bisa milih teman yang baik juga. Contoh sempurna teman baik adalah 'Aku'. Hehe". Jawab fazrin denga pedenya.

"Pede banget sih faz!!!". Kata novita.

"Jangan bilang pede banget deh nov, kalian mau berteman dengan aku gara-gara aku anaknya baik, ya kan". Kata fazrin dengan muka datar.

"Iya, tapi kita lebih baik dari elu. Ingat ya!". Ucap novita

"Serah deh, serah". Balas fazrin.

"Kring..." Bel istirahat telah selesai, sekarang mereka kembali kedalam kelas.

Tanpa di sadari, fazrin melihat nadia sedang membaca buku, namun boby cs tetap saja mengganggu nadia dari belakang.

"Cewek..., kita kan belum kenalan, boleh dong kita kenalan". Kata boby mengusili nadia. "Nama aku boby, anak paling tampan disekolah ini".

"Aku, aku andre, temannya boby, anak paling ganteng kedua disekolah ini setelah boby".

"Apaan sih lu ndre. Nadia, kenalin, aku wibi, anak paling penyayang wanita disekolah ini".

"Alah, elu kan playboy". Kata andre nyolot.

"Idih, sirik lu ye". Ucap wibi.

Nadia adalah anak pendiam, cerdas, dan polos, meskipun boby cs usil dibelakangnya, nadia tetap saja lebih fokus ke bukunya.

Tanpa disadari juga, fazrin tidak sadar kalau zia dan novita memanggilnya.

"Faz". "Fazrin". " Fazrin!"

"Hah?". Sontak fazrin terbangun dari alam melamunnya. "Apaan sih lu, ngagetin aja".

"Elah, dari tadi di panggil, tapi gak dihiraukan". Kata zia.

"Kenapa sih?". Tanya fazrin.

"Lagi ngelamun nadia ya?, ciye ciye". Kata gombal zia.

"Buruan gih PDKT, terus pacaran. Hihi". Ucap novita.

"Ya gak mungkin lah aku pacaran sama dia. Dia gak cocok sama aku. Apa iya aku pacaran sama anak yang pendiam sedangkan aku anak yang bertingkah konyol setiap harinya. Apa aku tidak mengganggu kebiasaan membaca bukunya semisal aku pacaran dengannya". Fazrin berpikir dua kali untuk hal ini.

"Negatif thinking mulu, coba aja, kali aja jodoh. Hehe". Jawab zia.

"Kring..." Bel pulang sekolah berbunyi. Fazrin, zia dan novita pulang dengan berjalan kaki. Ketika mereka sampai dipintu gerbang sekolah, mereka melihat nadia sedang menunggu jemputan.

"Eh faz, nadia nunggu jemputan tuh, kayaknya gak ada yang jemput deh. Sana gih, ajakin pulang bareng". Kata zia.

"Gila ya, gue malu dodol!". Balas fazrin.

"Nov, kita ajak pulang bareng yuk, kasian". Ucap zia.

"Yuk zi". Balas novita.

Zia dan novita berlari ke arah nadia.

"Nadia, pulang bareng yuk". Kata zia.

"Zia, novita. Naik apa?". Tanya nadia dengan suara yang lembut.

"Em, jalan kaki. Kompleks kita kan dekat sama sekolah". Jawab zia.

"Em, Boleh". Ucap nadia.

Fazrin hanya diam selama perjalanan pulang.

"Faz, dari tadi diam mulu, kenapa?". Tanya zia.

"Ngga papa kok zi, cuma sakit kepala aja". Jawab fazrin.

"Sakit kepala apa malu sama nadia faz?. Hehe". Novita mulai berkata gombal.

"Apaan sih nov". Kata fazrin dengan nadia secara bersamaan.

"Ciyee barengan ciye ngomongnya, jangan-jangan... Hehe". Novita mulai ngeledek mereka berdua.

"Udah nov, gue badmood". Kata fazrin

Mereka akhirnya sampai dirumah. Malam menjelang tidur, fazrin berpikir andai kata kedua sahabatnya tadi benar-benar terjadi, mungkin nadia akan malas membaca buku.

"Kenapa mata sulit dipejamkan sih, apa gara-gara kepikiran kata zia dan novita ya. Tapi andai jika itu terjadi, pasti nadia jarang membaca buku".

Seiring malam larut, fazrin mulai kelelahan dan akhirnya ketiduran.

Satu bulan berlalu, nadia sudah mulai nyaman bermain dengan tiga sahabat barunya. Meskipun nadia masih ada rasa malu dengan fazrin.

"Zia, novita. Kalian sama fazrin adalah teman terbaik ku disini. Aku sudah mulai nyaman dengan kalian. Tingkah lucu kalian adalah semangat sekolah ku disini". Ucap nadia dengan penuh perasaan.

"Iya nad, kamu juga begitu, kami sudah menganggap kamu seperti saudara kami sendiri". Balas zia.

"Makasih ya zi, nov. Tapi ngomong-ngomong, fazrin kemana? Kok daritadi aku nggak lihat". Tanya nadia.

"Ke kantin kali". Jawab zia.

"Nadia. Boleh nanya gak?". Ucap novita.

"Boleh nov, nanya apa?". Balas nadia.

"Jujur ya, sebenarnya kamu ada perasaan sayang sama fazrin ya?". Tanya novita.

"Emm, iya ada. Fazrin adalah anak yang polos serta konyol yang selalu membuat aku tertawa dan membuat hidup ku tidak merasa bosan. Fazrin juga anak yang sabar, cerdas dan cerdik". Kata nadia mengungkapkan perasaannya.

"Iya nad, kamu benar, kamu tau semua tentang fazrin. Fazrin memang anak yang pantang menyerah, dia mempunyai tekad tinggi untuk mengejar cita-citanya". Ucap novita. "Tapi nad, fazrin masih berpikir dua kali. Apakah kamu akan tetap menjadi anak polos yang rajin membaca buku, atau justru kamu menjadi malas karenanya. Fazrin tidak ingin itu terjadi jikalau kamu pacaran dengannya".

"Ya ampun nov, ternyata fazrin selama ini peduli dengan kebiasaan ku?. Aku tidak berpikir sampai sejauh itu". Ucap nadia.

"Iya nad. Fazrin kalau mau serius, dia bakalan serius. Fazrin nggak mau usahanya jadi sia-sia". Jelas novita.

"Iya nov, zi. Aku hargai semua kepedulian fazrin terhadap kebiasaan ku". Kata nadia terharu.

"Kring..." Bel pulang sekolah berbunyi. Fazrin, zia, novita dan nadia keluar menuju gerbang.

"Nadia, kamu dijemput apa pulang bareng kita?". Tanya zia.

"Aku sudah dijemput kok zi. Itu mobil ayah ku. Aku pulang dulu ya. Kalian hati-hati dijalan". Ucap nadia meninggalkan sahabatnya.

"Iya nad, kamu juga hati-hati ya". Ucap zia.

Fazrin, zia dan novita pulang jalan kaki bersama-sama sambil bercerita.

"Faz, sampai kapan elu kayak gini sama nadia?". Tanya novita.

"Entahlah nov, aku masih belum yakin". Jawab fazrin dengan muka murung.

"Kasian nadia faz". Kata zia.

"Maksud lu zi?". Fazrin keheranan.

"Ya kasian nadia aja. Dia sayang sama elu faz, elu itu dinilai dia sebagai anak yang polos serta konyol yang selalu membuat dia tertawa dan hidupnya menjadi tidak terasa membosankan. Elu juga dinilai sebagai anak yang sabar, cerdas dan cerdik". Zia menjelaskan semua yang ia dan novita bicarakan dengan nadia.

"Satu lagi faz, dia menghargai atas kepedulian mu tentang kebiasaan nadia membaca buku". Ucap novita.

"Serius nov? zi?. Baiklah, aku akan segera jadian dengan nadia". Ucap gembira fazrin.

"Ciyee, jangan lupa cari cara paling romantis buat nembak nadia ya faz. Hehe". Gurau novita.

*esok harinya*

Mereka berempat tetaplah sahabat sejati, mereka bermain seperti biasa meskipun nadia dan fazrin saling menyembunyikan rasa sayang.

"Zi, nov, pulang sekolah ikut gue ya". Ucap fazrin.

"Kemana faz?". Tanya zia.

"Gak kemana-mana kok, gue mau ngomong sama kalian". Jawab fazrin.

"Kok nadia gak diajak faz?". Tanya novita.

"Emm, gue cuma pengen ngomong sama kalian aja". Ucap fazrin. "Nadia, maaf ya aku nggak bisa ngajak kamu".

"Iya faz, nggak papa kok". Ucap kalem nadia.

"Kring..." Bel pulang sekolah berbunyi. Fazrin, zia, novita dan nadia keluar menuju gerbang sekolah.

"Faz, zi, nov, aku pulang duluan ya, kalian hati-hati di jalan". Ucap nadia.

"Iya nad, kamu juga hati-hati ya". Balas fazrin.

"Ciyee, tumben lu yang ngomong faz. Hehe". Gurau zia ketika nadia menuju mobilnya.

Fazrin, zia dan novita melanjutkan perjalanan pulang. Di perjalanan mereka membicarakan hal-hal tentang fazrin dan nadia.

"Jadi gimana faz rencana mu buat nembak nadia?". Tanya zia.

"Entah lah zi, gue masih bingung. Gue bingung mau bilang apa ke nadia nanti". Jawab fazrin murung.

"Elah faz, positive thinking aja, gue yakin, nadia pasti mau sama lo apa adanya". Kata zia meyakinkan fazrin.

"Iya zi, gue coba cari cara ngungkapin perasaan gue ke nadia dengan cara paling romantis". Ucap fazrin.

Fazrin, zia dan novita akhirnya sampai dirumah.

"Nov, zi, gue pulang dulu ya". Kata fazrin.

"Iya faz, jangan lupa cari cara paling romantis ya". Gurau novita.

"Jangan kelamaan nggantung perasaann nadia ya faz. Hehe". Ucap zia bergurau.

"Alah, apaan sih kalian ini. Pulang sana gih". Ucap fazrin dengan muka datar.

Fazrin masuk kedalam rumah, ganti baju dan keluar lagi melamun didepan rumah memikirkan cara paling romantis untuk mengungkapkan perasaanya kepada nadia nanti.

"Gimana ya cara paling romantis buat ngungkapin perasaan gue ke nadia. Serius, gue bingung banget hari ini". Kata fazrin mengeluh.

Fazrin melihat dua burung merpati diatas pohon. Fazrin sadar, bahwa dirinya hoby bermain seni melipat kertas. Dari sini, fazrin mengambil ide cara untuk mengunngkapkan perasaannya pada nadia.

Malam itu, fazrin memanggil zia dan novita untuk membantu dirinya membuat seratus burung kertas. Burung-burung itu ibaratkan burung merpati dimana selama seumur hidupnya cuma memiliki satu pasangan hidup.

"Nov, zi, bantuin gue, tolong". Ucap fazrin memohon.

"Tolong apa faz?". Tanya novita.

"Tolong bantuin gue melipat seratus burung kertas". Jawab fazrin.

"Buat apa faz?". Tanya novita kembali.

"Elu lupa ya nov, besok gue mau ngungkapin perasaan gue ke nadia". Jawab fazrin.

"Ciyee...". Kata zia dan novita.

"Ya udah nov, kita bantu aja, kasian tuh sahabat kita. Haha". Gurau zia.

"Iya zi". Ucap novita. "Yuk faz, kita kerumah lu".

Mereka pergi kerumah fazrin.

"Jadi gini zi, nov. Burung-burung kertas ini aku ibaratkan sebagai burung merpati. Dimana burung merpati selama seumur hidupnya hanya memiliki satu pasangan hidup". Ucap fazrin.

"Keren lu faz. Hoby lu bisa jadi ide lu". Ucap zia.

"Ya ya lah zi, secara gue kan anak jenius. Hehe". Gurau faz.

Setelah cukup lama, dan malam sudah larut, akhirnya mereka selesai membuat seratus burung kertas.

"Akhirnya kelar juga kerjaan kita zi, nov". Ucap bahagia fazrin.

"Iya faz, gue juga udah ngantuk nih". Ucap novita.

"Gue juga nov". Ucap zia.

"Faz, jadi besok gimana rencana lu?". Tanya novita.

"Besok simple aja ya zi, nov. Elu cukup mengajak nadia ke taman, setelah itu kalian pergi ke lantai atas dan sudah siap dengan seratus burug kertas. Setelah kalian sampai diatas, gue datang menghampiri nadia. Pada puncaknya, gue nyatain perasaan cinta gue ke nadia sambil kalian menghujani kami dengan burung kertas". Fazrin menjelaskan rencananya.

"Baiklah faz, kita mengerti". Ucap novita.

"Ya udah faz, kalo gitu, kita pulang dulu ya". Ucap zia.

"Iya zi, nov. Makasih ya kalian sudah mau bantuin gue. Ati-ati kalo pulang". Ucap fazrin.

"Oke faz, sampai ketemu besok".

"Siap". Balas fazrin.

*esok harinya*

"Kring..." Bel pulang sekolah berbunyi. Zia, novita dan nadia keluar kelas.

"Emm, nadia, ikut kita ke halaman depan sekolah yuk". Ucap novita.

"Ada apa ya nov?". Tanya kalem nadia.

"Udah nad, ikut aja, kita nggak ngapa ngapain kok". Ucap zia dengan wajah ceria.

Setelah sampai dihalaman sekolah, zia dan novita meninggalkan nadia seorang diri.

"Aduh zi, buku ku ketinggalan di kelas". Ucap novita hanya beralasan ingin meninggalkan nadia. "Zi, ikut aku yuk".

"Emm, ayo nov kalo gitu". Ucap zia. "Emm, nadia, kamu tunggu di ayunan ini sebentar ya, aku mau ikut novita mengambil buku diatas".

"Baiklah zia". Ucap suara lembut nadia.

Ketika novita dan zia sudah sampai diatas dan siap dengan burung kertas mereka, fazrin datang menghampiri nadia.

"Hai nad". Ucap kalem fazrin.

"Hai faz". Balas nadia.

"Kamu ngapain duduk diayunan sendiri nad?". Tanya fazrin pura-pura tidak tau.

"Emm, lagi nunggu zia dan novita faz, mereka mengambil buku mereka yang ketinggalan". Jawab nadia kalem.

"Nadia, aku boleh ngomong gak?". Ucap fazrin.

"Boleh faz, mau ngomong apa?". Ucap nadia dengan suara yang sangat kalem, sehingga membangkitkan kepercaya dirian fazrin untuk mengungkapkan perasaannya.

"Nadia, sebenarnya aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu. Waktu pertama kali kamu perkenalan di depan kelas, aku sudah bisa melihat kamu orangnya bagaimana. Kamu orangnya cantik, baik, kalem, polos, dan juga pintar". Ucap fazrin dengan dihujani burung kertas oleh kedua sahabatnya.

Nadia menengok ke atas, bahwa ia tidak menyangka fazrin akan merencanakan ini semua. Nadia terpukau sehingga tidak bisa mengucapkan kata-kata lagi dari bibirnya.

"Nadia". Ucap fazrin

Nadia kembali fokus kepada fazrin.

"Sangat sulit mencari orang seperti mu, orang yang sangat mulia hatinya. Aku ingin menjaga hati orang yang seperti mu, aku ingin mencintai orang seperti mu. Karena bagi ku, mencintai mu adalah seni abstrak unik yang ada dan satu-satunya didunia, yang tak bisa dibeli oleh lembaran dolar sekalipun". Ucap fazrin mengungkapkan seluruh perasaannya kepada nadia.

"Nadia, burung-burung kertas ini aku ibaratkan sebagai burung merpati, dimana burung merpati hanya mempunyai satu pasangan dalam seumur hidupnya. Dan warna-warni dari burung ini, adalah warna dimana kita akan menjalani kisah cinta kita nanti". Ucap fazrin hingga nadia terharu.

"Fazrin, aku menghargai semua usaha mu ini. Maaf jika aku tidak bisa bicara banyak kata, karena aku sangat terharu akan usaha mu ini". Nadia berdiri. "Fazrin, aku cinta kamu". Kata nadia dengan terharu dan memeluk fazrin.

Fazrin memeluk nadia kembali, zia dan novita turun.

Fazrin, zia dan novita. Mereka adalah tiga sahabat akrab yang konyol, yang membuktikan bahwa kekonyolan bukan lah bahan untuk diejek orang, melainkan untuk menghibur orang lain, dan seiring berjalannya waktu, orang-orang akan tertarik dengan kekonyolannya.