Dendam Michela
Sore itu aku pulang dari kegiatan ekstrakulikuler di
sekolah. Kulangkahkan kakiku untuk segera pulang ke rumah. Aku melamun ditengah
sunyinya jalanan saat itu. Aku berjalan melewati tempat pembuangan akhir
sampah.
Saat itu angin
berhembus kencang, kakiku tiba-tiba tersandung sesuatu yang membuatku hampir
terjatuh. Walaupun aku berjalan sambil melamun, namun sungguh aku melangkah
dengan pelan-pelan. Ketika aku melihat kebawah , ternyata itu hanya sebuah
boneka. “Hei boneka jelek apa ini?” pikirku dengan keheranan. Aku memungut
bonekanya walaupun kotor, ini adalah
boneka gadis kecil polos warna kuning dengan senyum manis, boleh lah untuk ku
bawa pulang kerumah.
Tepat pukul lima sore aku sampai di rumah, dan aku taruh
boneka itu dalam lemari yang terletak di gudang kosong belakang rumahku. Malam
itu aku berpikir akan boneka itu, siapa dia sebenarnya, darimana asalnya. Aku
dihantui oleh rasa penasaran malam itu, aku berpikir untuk memeriksa ke gudang
tapi aku takut pergi kesana sendirian. Aku berpikir dua kali untuk
keselamatanku di gudang nanti. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya aku
memberanikan diri menuju gudang sendirian,
Ketika aku membuka pintu gudang, dan aku menyalakan lampu,
aku sangat terkejut saat itu. Boneka yang tadinya kutaruh dalam lemari tiba-tiba
duduk dibawahku termenung. Aku berpikir kalau boneka itu Cuma jatuh dari
lemari. Setelah rasa penasaranku hilang, aku mengembalikan boneka itu ketempat
asalnya. Aku mengunci gudang dan membiarkan lampu gudang tetap menyala, lalu
aku kembali ke dalam rumah. Namun ada keganjilan ketika aku kembali, pintu itu
tiba-tiba terbuka dengan sendiri, tepat didepan pintu itu, boneka yang tadi aku
taruh di lemari kembali duduk termenung sambil menatapku, kali ini aku kembali
menutup pintu dan kembali kerumah.
Esoknya aku berangkat ke sekolah, aku berjalan melewati
tempat pembuangan akhir sampah dimana aku pertama kali menemukan boneka itu.
Aku sedikit merinding jika melewati tempat itu. Siang waktu aku sampai dirumah,
ada suara gaduh didalam gudang, aku pikir itu suara ayah yang lagi membersihkan
gudang. Ketika aku memeriksa apakah itu ayah atau bukan, aku terkejut ketika
masih ada suara gaduh didalam gudang sedangkan pintu gudang terkunci. Aku
memberanikan diriuntuk yang kedua kalinya masuk gudang. Sesampainya aku di
dalam, aku mencari boneka itu dilemari, namun dilemari itu isinya kosong, hanya
ada jarring laba-laba yg menandakan bahwa lemari itu sudah cukup tua. Aku terus
mencari dimana boneka itu, namun aku tidak kunjung menemukannya. Akhirnya, aku
memutuskan kembali untuk kembali kedalam rumah untuk berganti pakaian. Ketika
aku membalikkan badan, tiba-tiba boneka itu ada didepanku dengan senyum manis
dari jahitan benang. Aku mendesah ketakutan, boneka yang tadinya tidak
kutemukan, sekarang muncul didepanku secara misterius. Aku memutuskan untuk
memungutnya dari gudang dan kubawa ke dalam rumah.
Pukul delapan malam aku berpikir, kenapa aku selalu
kepikiran tentang boneka itu. Lelahnya otak setelah melawan aktivitas seharian,
membuatku tertidur begitu saja tanpa berdoa terlebih dahulu. Aku lupa ya Tuhan.
Dalam tidur aku bermimpi boneka itu. Ia masuk kedalam kamarku dengan dua pisau
berkarat dimasing-masing tangannya dengan mata yang menyala-nyala. Ia
mengatakan bahwa dia masih mepunyai dendam yang belum terbalaskan kepada
pemiliknya yg telah membuang dirinya. Dia dibuang karena dia sudah rusak. Dia
digantikan dengan boneka lain yang lebih bagus dan wangi aromanya, hal itulah
yang membuati ia memiliki rasa dendam yang membara kepada pemiiknya. Tapi
sampai saat ini dia tidak kunjung menemukan pemiliknya. Dia dating dimimpiku
hanya untuk mengucapkan terima kasih kepadaku
dan memintaku untuk membantu menemukan pemiliknya, atau hanya sekedar
bermain dengannya.
Esok harinya, ketika aku terbangun, aku tidak melihat boneka
iitu didalam rumah. Dan anehnya, ketika aku memeriksa ke gudang, dia
benar-benar mirip seperti yang ada di mimpiku. Dia berada diatas lemari dengan
membawa dua pisau berkarat dan menyala sembari menatap padaku. Aku mengambilnya
secara perlahan dengan lembut, tiba-tiba matanya yang menyala tadi kini meredup
seperti semula. Aku mengelus pipinya dan membawanya ke dalam rumah dengan
sedikit gemetar. Aku berpikir jika misalkan boneka itu diberi nama yang pantas
buat boneka itu, aku menggunakan otak untuk berpikir ke masalalu. Tidak membutuhkan
waktu lama buatku berpikir, dan akhirnya aku juga nama yang pas buat boneka
itu. Boneka itu kuberi nama MICHELA. Michela adalah gadis berusia 6 tahun yang
terkena penyakit kanker darah. Setiap malam, mata Michela menyala, kedua
tangannya membawa pisau berkarat. Dia selalu mencari pemiliknya, namun tak
kunjung ditemui. Setiap sore hingga malam aku selalu menghiburnya, dia suka
dengan permainan petak umpet. Setiap kali bermain petak umpet, dia tidak
kesulitan mencariku, katanya, dia selalu disampingku, tepatnya dipundak kiriku.
Aku bukanlah anak yang pendendam, tapi, jika ada salah satu temanku atau orang
lain yang membuatku kecewa, Michela tidak segan-segan untuk membuat hidup orang
tersebut sangat membosankan, sehingga memungkinkan orang tersebut untuk
melakukan bunuh diri. Jika orang itu tidak juga bunuh diri, Michela akan
menghunuskan pisau berkaratnya padaorang tersebut ketika akan tertidur. Setiap malam
Michela akan selalu hadir.
Disamping orang yang telah membuatku kecewa untuk
mengusiknya. Setiap satu nyawa melayang ditangan Michela, akan lebih mudah mengantarkan
dirinya kepada pemilik aslinya. Dan juga jika Michela sudah menemui pemiliknya,
Michela akan langsung membunuhnya. Dan dengan terbunuhnya pemilik Michela
dendamnya telah terbalaskan sudah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar