Minggu, 15 Maret 2015

Dendam Michela




Sore itu aku pulang dari kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Kulangkahkan kakiku untuk segera pulang ke rumah. Aku melamun ditengah sunyinya jalanan saat itu. Aku berjalan melewati tempat pembuangan akhir sampah.
Saat itu angin berhembus kencang, kakiku tiba-tiba tersandung sesuatu yang membuatku hampir terjatuh. Walaupun aku berjalan sambil melamun, namun sungguh aku melangkah dengan pelan-pelan. Ketika aku melihat kebawah , ternyata itu hanya sebuah boneka. “Hei boneka jelek apa ini?” pikirku dengan keheranan. Aku memungut bonekanya walaupun kotor,  ini adalah boneka gadis kecil polos warna kuning dengan senyum manis, boleh lah untuk ku bawa pulang kerumah.

Tepat pukul lima sore aku sampai di rumah, dan aku taruh boneka itu dalam lemari yang terletak di gudang kosong belakang rumahku. Malam itu aku berpikir akan boneka itu, siapa dia sebenarnya, darimana asalnya. Aku dihantui oleh rasa penasaran malam itu, aku berpikir untuk memeriksa ke gudang tapi aku takut pergi kesana sendirian. Aku berpikir dua kali untuk keselamatanku di gudang nanti. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya aku memberanikan diri menuju gudang sendirian,
Ketika aku membuka pintu gudang, dan aku menyalakan lampu, aku sangat terkejut saat itu. Boneka yang tadinya kutaruh dalam lemari tiba-tiba duduk dibawahku termenung. Aku berpikir kalau boneka itu Cuma jatuh dari lemari. Setelah rasa penasaranku hilang, aku mengembalikan boneka itu ketempat asalnya. Aku mengunci gudang dan membiarkan lampu gudang tetap menyala, lalu aku kembali ke dalam rumah. Namun ada keganjilan ketika aku kembali, pintu itu tiba-tiba terbuka dengan sendiri, tepat didepan pintu itu, boneka yang tadi aku taruh di lemari kembali duduk termenung sambil menatapku, kali ini aku kembali menutup pintu dan kembali kerumah.
Esoknya aku berangkat ke sekolah, aku berjalan melewati tempat pembuangan akhir sampah dimana aku pertama kali menemukan boneka itu. Aku sedikit merinding jika melewati tempat itu. Siang waktu aku sampai dirumah, ada suara gaduh didalam gudang, aku pikir itu suara ayah yang lagi membersihkan gudang. Ketika aku memeriksa apakah itu ayah atau bukan, aku terkejut ketika masih ada suara gaduh didalam gudang sedangkan pintu gudang terkunci. Aku memberanikan diriuntuk yang kedua kalinya masuk gudang. Sesampainya aku di dalam, aku mencari boneka itu dilemari, namun dilemari itu isinya kosong, hanya ada jarring laba-laba yg menandakan bahwa lemari itu sudah cukup tua. Aku terus mencari dimana boneka itu, namun aku tidak kunjung menemukannya. Akhirnya, aku memutuskan kembali untuk kembali kedalam rumah untuk berganti pakaian. Ketika aku membalikkan badan, tiba-tiba boneka itu ada didepanku dengan senyum manis dari jahitan benang. Aku mendesah ketakutan, boneka yang tadinya tidak kutemukan, sekarang muncul didepanku secara misterius. Aku memutuskan untuk memungutnya dari gudang dan kubawa ke dalam rumah.
Pukul delapan malam aku berpikir, kenapa aku selalu kepikiran tentang boneka itu. Lelahnya otak setelah melawan aktivitas seharian, membuatku tertidur begitu saja tanpa berdoa terlebih dahulu. Aku lupa ya Tuhan. Dalam tidur aku bermimpi boneka itu. Ia masuk kedalam kamarku dengan dua pisau berkarat dimasing-masing tangannya dengan mata yang menyala-nyala. Ia mengatakan bahwa dia masih mepunyai dendam yang belum terbalaskan kepada pemiliknya yg telah membuang dirinya. Dia dibuang karena dia sudah rusak. Dia digantikan dengan boneka lain yang lebih bagus dan wangi aromanya, hal itulah yang membuati ia memiliki rasa dendam yang membara kepada pemiiknya. Tapi sampai saat ini dia tidak kunjung menemukan pemiliknya. Dia dating dimimpiku hanya untuk mengucapkan terima kasih kepadaku  dan memintaku untuk membantu menemukan pemiliknya, atau hanya sekedar bermain dengannya.
Esok harinya, ketika aku terbangun, aku tidak melihat boneka iitu didalam rumah. Dan anehnya, ketika aku memeriksa ke gudang, dia benar-benar mirip seperti yang ada di mimpiku. Dia berada diatas lemari dengan membawa dua pisau berkarat dan menyala sembari menatap padaku. Aku mengambilnya secara perlahan dengan lembut, tiba-tiba matanya yang menyala tadi kini meredup seperti semula. Aku mengelus pipinya dan membawanya ke dalam rumah dengan sedikit gemetar. Aku berpikir jika misalkan boneka itu diberi nama yang pantas buat boneka itu, aku menggunakan otak untuk berpikir ke masalalu. Tidak membutuhkan waktu lama buatku berpikir, dan akhirnya aku juga nama yang pas buat boneka itu. Boneka itu kuberi nama MICHELA. Michela adalah gadis berusia 6 tahun yang terkena penyakit kanker darah. Setiap malam, mata Michela menyala, kedua tangannya membawa pisau berkarat. Dia selalu mencari pemiliknya, namun tak kunjung ditemui. Setiap sore hingga malam aku selalu menghiburnya, dia suka dengan permainan petak umpet. Setiap kali bermain petak umpet, dia tidak kesulitan mencariku, katanya, dia selalu disampingku, tepatnya dipundak kiriku. Aku bukanlah anak yang pendendam, tapi, jika ada salah satu temanku atau orang lain yang membuatku kecewa, Michela tidak segan-segan untuk membuat hidup orang tersebut sangat membosankan, sehingga memungkinkan orang tersebut untuk melakukan bunuh diri. Jika orang itu tidak juga bunuh diri, Michela akan menghunuskan pisau berkaratnya padaorang tersebut ketika akan tertidur. Setiap malam Michela akan selalu hadir.
Disamping orang yang telah membuatku kecewa untuk mengusiknya. Setiap satu nyawa melayang ditangan Michela, akan lebih mudah mengantarkan dirinya kepada pemilik aslinya. Dan juga jika Michela sudah menemui pemiliknya, Michela akan langsung membunuhnya. Dan dengan terbunuhnya pemilik Michela dendamnya telah terbalaskan sudah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar